Orang-orang desa memiliki tradisi yang setiap tahun selalu dilaksanakan dengan seksama dan rutin digelar. Salah satunya adalah ziarah kubur. Biasanya ziarah kubur yang dilaksanakan secara bersamaan atau kubro adalah ziarah kubur menjelang Ramadan dan sebelum idul fitri. Tradisi ini selalu dilangsungkan sebagai upaya orang-orang desa untuk mengingat keluarganya yang telah duluan meninggalkannya. Bagi sebagian orang, menjadi semacam kewajiban bila ditinggalkan serasa ada yang kurang dalam melangkahkan kaki menyongsong puasa Ramadhan dan menjelang Idul Fitri.
Ziarah kubur sudah menjadi tradisi bagi sebagian besar umat Islam di tanah air. Bagi sebagian orang, berziarah menjelang Ramadan dan Idul Fitri merupakan bentuk penghormatan kepada arwah leluhur, biasanya mereka akan membersihkan sekitaran makam dan membaca doa setelahnya. Bagi orang Sunda, ziarah kubur memiliki sebutan munggahan, bagi masyarakat Jawa Tengah disebut juga arwahan atau nyekar, serta kosar untuk masyarakat Jawa Timur.
Tradisi ziarah kubur sudah melekat di benak kaum muslimin dan menjadi rutinitas tahunan, dilakukan pada akhir-akhir bulan Syaban sebelum datangnya Ramadan dan menjelang Idul Fitri.
Masyarakat Desa Tasikmadu juga melaksanakan ziarah kubur yang biasanya dilaksanakan secara serempak atau biasa disebut oleh masyarakat sekitar dengan sebutan Ziarah Kubur Kubro, Selasa, (11/05/2021). Di mana masyarakat yang melaksanakan ziarah kubur dipimpin oleh seorang imam dengan menggunakan pengeras suara dan membaca doa-doa secara bersamaan.
Di Desa Tasikmadu juga dilaksanakan secara serempak yang dibagi per setiap perwilayahan atau dusun. Desa Tasikmadu memiliki 3 dusun, yakni Dusun Ketawang, Dusun Gares, dan Dusun Karanggongso. Ziarah Kubur Kubro juga dilaksanakan di setiap makam di wilayah masing-masing.